Keberhasilan pengelolaan sekolah dapat ditandai dengan pengambilan keputusan bersama. Misalnya, adanya pembagian tanggung jawab antara para pemegang kebijakan, kepala sekolah dapat memberi perhatian pada hal yang berkaitan dengan peningkatan sekolah. Faktor lain yang harus terlibat dari pembagian tanggung jawab dalam pengambilan keputusan adalah memprofesionalkan staff.
Untuk pengelolaan sekolah yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Komunikasi terbuka
Kadang-kadang dalam sekolah tidak terjadi komunikasi yang baik pada hal itu tidak boleh terjadi. Karena akan menyebabkan ketidakharmonisan. Adanya komunikasi yang terbuka, para pemegang kebijakan dalam mengambil keputusan akan merasa lebih positif mengenai sekolah. Jika hal itu terbentuk akan menciptakan pondasi yang kuat untuk pengembangan sekolah melalui peran serta masyarakat sekolah.
2. Keputusan diambil bersama
Ada problema yang sering terjadi di sekolah, yaitu pengambilan keputusan tidak dilakukan bersama. Keputusan ditetapkan beberapa orang pada hal kebijakan yang diputuskan menyangkut semua elemen. Jika hal itu terjadi lama-kelamaan membawa dampak negatif. Karena pasti ada pihak merasa tidak terpakai sehingga terjadi pertentangan individu. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan harus dilakukan secara bersama.
3. Kebutuhan guru diperhatikan
Guru mempunyai kebebasan untuk bertukar pikiran, termasuk pandangan yang bertentangan dengan kepala sekolah. Kepala sekolah harus melibatkan para guru sehingga mereka merasa dianggap mitra dalam pengembangan sekolah. Sehingga timbul rasa turut memiliki dan meningkatkan peran. Apalagi dalam proses kerja terjadi komunikasi yang terbuka dan memperlakukan guru secara professional.
Selain kesejahteraannya guru juga perlu meningkatkan kualifikasi pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pemerintah harus bisa menjadi motivator dan fasilitator untuk mendorong para guru melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
4. Kebutuhan siswa diperhatikan
Kemauan kepala sekolah untuk mendengarkan para siswa dapat memberikan dorongan kepada mereka. Langkah yang bisa dilakukan melalui rapat “OSIS” sehingga siswa dapat mengutarakan pendapatnya dan mengusulkan saran.
Sekolah yang memperhatikan kebutuhan siswa akan lebih diterima baik siswa, orang tua, juga masyarakat. Kebutuhan bisa dalam bentuk peningkatan pembelajaran, memberikan belajar tambahan menghadap UNAS. Selain itu penambahan kegiatan ektrakurikuler yang positif.
Pihak sekolah juga perlu memfasilitasi program latihan keterampilan yang cocok untuk mempersiapkan siswa ke dunia kerja mandiri. Hal lain yang perlu dilakukan membuat sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi para siswa sehingga para siswa merasa betah berada di sekolah.
5. Adanya keterpaduan antara sekolah dan masyarakat
Sekolah merupakan tempat siswa belajar, maka sekolah mempunyai peran penting dalam masyarakat, jadi seorang kepala sekolah harus melibatkan tokoh masyarakat. Bisa dilakukan dengan cara mengundang tokoh masyarakat pada rapat sekolah saat membicarakan masalah yang berkaitan dengan masyarakat.
Melalui interaksi baik formal maupun informal, anggota masyarakat akan menganggap sekolah merupakan bagian penting bagi pengembangan kehidupan masyarakat. Adanya partisipasi masyarakat dapat memberikan informasi bahkan sumbangan material bisa saja mengalir. Hal itu akan membentuk kerja sama kemitraan demi pengembangan sekolah.
Ada satu pendapat yang dikemukakan berdasarkan hasil penelitian bahwa motivasi orang tua siswa sangat tinggi ketika mereka diberi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Beberapa sekolah mencatat ada kenaikan sumbangan orang tua siswa walaupun mengalami masa krisis ekonomi di tahun 1997-1998 (www.ssep.net/changei.html).
6. Guru sebagai model
Pada zaman modern masih ada guru mengajar dengan paradigma lama, siswa dianggap botol kosong yang harus diisi, hal itu sudah ketinggalan zaman. Zaman modern ini seorang guru harus berpikir modern tidak lagi menganggap siswanya botol. Proses belajar mengajar sekarang guru harus bisa menciptakan suatu suasana belajar yang menarik.
Guru juga dituntut untuk bisa menjadi model dalam pembelajaran. Kalau guru tidak bisa menjadi model dalam pembelajaran, hal itu merupakan salah satu faktor penyebab siswa kurang perhatian terhadap materi yang disampaikan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Neulis Rahmawati Barlian (2004) menyatakan dalam menyajikan materi, guru belum mampu menjadi model dalam pembelajaran itu. Oleh sebab itu yang diharapkan dalam menyampaikan materi guru harus bisa menjadi model yang materinya berdasarkan pengalamannya, bukan hanya berdasarkan teori dalam buku.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa pada prinsipnya adalah pembelajaran yang bersifat keterampilan sehingga dapat langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa hal ini sesuai dengan konsep dasar life skill (kecakapan hidup) yang menyangkut kecakapan mengenal diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kerja. Sehingga pada saat pembelajaran guru tidak hanya menyuruh siswa membaca atau menulis, sedangkan gurunya sendiri tidak pernah melakukannya.
Hal yang dikemukakan di atas hanya sebuah harapan yang diharapkan bisa terwujud.
Senin, 19 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
SAlam knal.....
saya Agiek....
Ada Award utk Blog anda....slahkn diambil di blog saya........he
Posting Komentar