Institusi-institusi terkemuka di dunia saat ini menyadari betapa pentingnya membangun pusat mengajar yang terbaik dan terpercaya dengan tujuan ‘mengantarkan’ pengajaran dan pembelajaran yang terbaik dari suatu institusi. Dunia saat ini melihat kualitas mengajar sebagai suatu hal yang penting dan patut untuk dibahas lebih dalam lagi. Pada tingkat pendidikan di Indonesia, baru-baru ini kita mengetahui bahwa mengajar merupakan suatu profesi yang sekarang dimasukkan ke dalam agenda politik, dan cara mengajar yang baik telah dianggap oleh banyak para tokoh politik sebagai suatu keuntungan nasional di dalam pengetahuan ekonomi global. Banyak masyarakat menyadari bahwa saat ini mengajar merupakan sebuah subjek yang perlu diteliti.
Budaya mengajar dapat beragam dari satu orang ke orang lainnya, dari jurusan ke jurusan lainnya, dan institusi ke institusi lainnya. Kualitas mengajar, dalam hal ini, merupakan suatu kosnep yang sedang dibahas saat ini dan yang kita perlukan untuk mengembangkan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang perspektif dari praktek mengajar yang berasal dari seseorang atau dari institusi. Dengan kata lain, hal ini merupakan suatu subjek yang memrlukan penelitian secara mendalam. Hal ini juga memberikan suatu pandangan bahwa untuk membuat suatu kegiatan mengajar menjadi sesuatu yang berharga dan menjadi konsep yang memiliki arti untuk para dosen dan para mahasiswa pada perguruan tinggi, maka seharusnya diadakan diskusi tentang pengertian dari mengajar dan ‘apa yang terjadi’ di dalam praktek mengajar.
• Pada tingkat institusi, UPI telah menyatakan visinya sebagai universitas terkemuka dan terpercaya melalui misi-misi berikut ini:
• Mempersiapkan calon-calon pendidik dan calon-calon profesional lainnya untuk mengahadapi kompetisi global.
• Untuk mengembangkan teori-teori inovasi di dalam jalur pendidikan dan jalur non-pendidikan sebagai dasar unutk mengembangkan peraturan pendidikan nasional.
• Unutk memenuhi pelayanan masyarakat secara profesional sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah-masalah nasional di dalam dunia pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya.
• Untuk mengembangkan program-program pendidikan internasional melalui jaringan kerja dan kerjasama pada tingkat nasional, regional, dan internasional.
• Untuk memenuhi misi-misi di atas, UPI membutuhkan usaha yang nyata dan komitmen dari pihak-pihak kampus: fakultas, staf-staf akademik, para pengajar dan asisten-asisten pengajar, serta para mahasiswa. Beberapa komitmen telah diwujudkan di dalam aktifitas sehari-hari, termasuk di dalam mengajar.
Mengajar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi di dalam konteks BHMN
Munculnya tujuh universitas yang memiliki status BHMN (UI, ITB, IPB, UGM, USU, UPI, UNAIR) merupakan simbol perubahan bentuk pendidikan di Indonesia. Seluruh universitas-universitas negeri harus tetap konsisten dengan peraturan dari Direktorat Pendidikan Tinggi. Pengenalan kebudayaan di dalam tujuh universitas telah menciptakan bebrapa tingkatan karena universitas-universitas ini secara umum dijalankan seperti perusahaan-perusahaan yang diberi dana oleh masyarakat. Kelihatnnya perubahan yang ada pada universitas-universitas tersebut merupakan suatu alat ukur yang mengejutkan yang dilakukan oleh pemerintah pusat sebagai universitas-universitas negeri yang menerima dana yang belum cukup memadai dari pemerintah, untuk menjadi sektor-sektor usaha industri dan perdagangan, karena terlalu bergantung pada dana yang diberikan oleh pemerintah.
Universitas-universitas yang telah maju harus bersiap-siap untuk menghadapi kompetisi global. Kompetisi ini adalah kunci utama di dalam pasar ekonomi yang membutuhkan sesuatu hal yang efisien dan tepat. Dalam menanggapi hal ini, universitas-universitas harus memasarkan diri mereka secara agresif dan bersaing untuk menarik minat para pelajar. Pada pendidikan di tingkat nasional, kompetisi terjadi diantara universitas-universitas negeri dan diantara universitas-universitas negeri dengan universitas-universitas swasta. Kualitas mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan oleh banyak universitas untuk berkompetisi dan mendapatkan posisi yang bagus di dalam masyarakat. Kualitas mengajar yang dimaksud disini adalah meminta para pengajar (dosen-dosen) untuk meningkatkan kemampuan kemampuan mereka di dalam mengajar berdasarkan standar mutu pendidikan yang telah diatur oeh pemerintah. Para pengajar (dodsen-dosen) ini harus menunda penilaian-penilaian mereka sendiri tentang mengajar, mengkuti peraturan-peraturan dari pemerintah, dan menerapkan cara-cara yang tepat di dalam mengajar. Dengan kata lain, konsep dari kualitas mengajar merupakan suatu penggerak pasar di dalam dunia pendidikan, dan juga merupakan suatu subjek yang ada di masyarakat.
Kualitas mengajar sebagai suatu hal yang berharga dan sebagai suatu konsep yang memiliki arti
Para dosen dari universitas di Indonesia harus mencoba untuk menjadi para dosen yang berkualitas di dalam sebuah proses melalui refleksi diri dan pengembangan secara terus-menerus. Hubungan yang rendah diantara mengajar dan penelitian pengajaran berdasarkan penelitian di perguruan tinggi selama bertahun-tahun, dengan nilai yang berharga dan promosi yang lebih dihubungkan pada penelitian pengajaran dibandingkan dengan mengajar itu sendiri. Banyak masyarakat yang mempertanyakan betapa pentingnya pedagogi bagi para dosen di Universitas. Mengajar dianggap sebagai profesi yang kurang berharga dan selalu menjadi minat kedua diantara para pelajar. Penetapan undang-undang tentang guru dan dosen di Indonesia pada tahun 2006, bagaimanapun juga, telah membuat profesi mengajar menjadi berharga. Tidak ada keraguan bahwa undang-undang yang dibuat tersebut dapat meningkatkan status mengajar, meyakinkan banyak masyarakat untuk mulai berpikir dan mencari peluang untuk mengajar, ketika mereka memikirkan isi dari undang-undang tersebut, mencari keuntungan dari undang-undang tersebut, dan mengevaluasi undang-undang tersebut.
Mengajar dan belajar secara umum merupakan interaksi yang terjadi antar manusia. Pentingnya kualitas manusia di dalam mrngajar dan belajar juga merupakan hal yang perlu diperhatikan yang dapat diubah menjadi suatu prosedur-prosedur, peraturan-peraturan dan strategi-strategi untuk diterapkan. Penekanan pada teknologi, ekonomi, efisiensi dan keefektifan juga secara langsung dapat menarik perhatian terhadap penentuan struktural pada kualitas mengajar, suimber-sumber materi yang cukup dikenal, rasio perbandingan antara dosen – mahasiswa dan waktu bagi para dosen untuk berpikir dan merefleksikan diri mereka terhadap pekerjaan-pekerjaan mereka. Berdasarkan pandangan kita, para dosen harus berlatih secara profesional tidak hanya pada saat mereka menjelaskan materi pelajaran dan juga pada proses mengajar, tapi juga di dalam memberikan nilai-nilai dan alasan-alasan di dalam mengajar. Hal ini mrnjadi sesuatu yang penting bagi para calon pendidik ─ paling sedikit di UPI ─ hrus memikirkan ukuran tertentu dari kerangka-kerangka kerja untuk mengajar. Berdasarkan pandangan intelektual di dalam penelitian, hal tersebut belumlah cukup untuk mengajar dengan baik. Ada juga fakta yang menjelaskan bahwa pendukung “kegiatan mengajar” pada sebuah institusi dapat selangkah lebih maju di berbagai negara, berdasarkan asumsi yang bealasan ini, bahwa pendukung terbaik bagi mahasiswa kadang-kadang berasal dari orang-orang yang kurang memiliki pengalaman. Hal ini mengingatkan kita pada para guru di sekolah yang sebaguan besar dari mereka kurang berpengalaman.
Kualitas Mengajar dan Proses Pembelajaran
Di Indonesia saat ini ada sekitar 2600 institusi perguruan tinggi sekitar 100 diantaranya adalah institusi perguruan tinggi negeri dengan 13.894 jurusan-jurusan yang memiliki lulusan sejumlah sekitar 500.000 orang setiap tahunnya. Di berbagai negara, termasuk Indonesia yang bergerak “luas” menuju sistem pendidikan yang lebih tinggi tanpa diimbangi dengan bantuan dana yang mencukupi, timbulnya ketakutan-ketakutan akan penolakan terhadap kualitas mengajar. Keadaan-keadaan menjelaskan suatu pandangan terhadap kualitas mengajar yang dihubungkan dengan universitas pada zaman dulu, yang dipenuhi dengan mahasiswa-mahasiswa yang berbakat dan para profesor-profesor yang berpengalaman. Ketika sebuah ide yang berhubungan dengan kualitas mengajar dicetuskan, maka hal ini mrmungkinkan bahwa jarak dari bentuk-bentuk dan definisi-definisi terhadap kualitas mengajar dapat timbul, tergantung dari institusi-institusi yang berbeda.
Banyaknya karya kontemporer yang dipakai di dalam praktik pedagogi pada perguruan tinggi telah mampu menggerakkan pendidikan selangkah lebih maju, dan menekankan pentingnya pembelajaran bagi mahasiswa, mampu menjelaskan bahwa mengajar memiliki kualitas yang sama baiknya dengan pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan hal ini,tindakan mengajar bukanlah suatu akhir; tetapi mengajar memiliki tujuan akhir untuk mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh para pelajar. Fokus dari pembelajaran pada pedagogi saat ini, juga mengatur guru ─ sebagai ─ pelajar. Kualitas mengajar, pada perspektif ini, dihubungkan dengan proses yang terus berlanjut di dalam pembelajaran, jadi mengajar yang baik bukanlah suatu tujuan akhir, tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dari suatu perkembangan profesional. Para dosen adalah cerminan praktisi-praktisi yang secara terus menerus merefleksikan cara mengajar mereka.
Meneliti Kepercayaan-kepercayaan yang Dominan Pada Mengajar
Hal jelas ketika masyarakat membahas tentang kualitas mengajar, mereka sering mengartikannya dengan hal-hal yang cukup berbeda. Hal ini dapat membingungkan dan tidak kondusif untuk dibicarakan (didiskusikan). Kelihatannya waktu yang tepat, meskipun begitu, dapat membantu untuk mencapai tingkatan konseptual yang lebih tinggi. Pendidikan pada perguruan tinggi dilihat sebagai suatu sistem total, yang mana para mahasiswanya sebagai input, yang diproses, dan kemudian dijadika output. Konsep-konsep alternatif mengatur secara serius proses-proses pendidikan yang membahas para mahasiswanya, atau mengamati perkembangan para mahasiswanya secara lebih mendalam. Dalam menentukan konsep dari kualitas pendidikan, kita harus melihat perkembangan-perkembangan sejarah dari mengajar seperti yang disarankan oleh Skelton (2005). Ada empat perspektif utama dari kebiasaan mengajar, yaitu sebagai berikut :
• Pengertian dari kualitas mengajar pada zaman dulu di dalam tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Perspektif dari kualitas mengajar pada zaman dulu lahir pda periode awal sejarah ketika adanya kesepakatan terhadap ide membangun sebuah universitas dan juga, oleh suatu asosiasi, yang membentuk kualitas mengajar. Universoitas-universitas mulai berkembang pada abad ke 12 di wilayah Eropa Barat dan dianggap oleh masyarakat pada saat itu sebagai duatu bentuk pengajaran dari sebuah institusi-institusi penelitian. Tujuh cabang mata luliah yang berdasarkan pada kurikulum saat itu (“mata kuliah khusus” tata bahasa, sastra dan dialek, dan “mata kuliah umum” musik, aritmatika, geometri dan astronomi), yang bertujuan untuk menghasilkan masyarakat yang terdidik dan mampu untuk mendapatkan posisi yang baik di masyarakat. Beberapa pendidikan di universitas-universitas pada saat itu juga dihubungkan dengan perkembangan pembentukan kepribadian yang bijak dan adil. Metode-metode utama dari metode-metode pengajaran dan pendidikan pada universitas-universitas kuno, merupakan ceramah dan debat. Menggunakan hal ini sebagai sebuah parameter, mengajar yang berkualitas pada saat itu hanya diperuntukkan pada orang-orang kaya saja.
• Pengertian performatif dari kualitas mengajar.
Penerapan performatif merefleksikan pengertian-pengertian kontemporer dari kualitas mengajar yang telah dibentuk melalui perubahan hubungan diantara pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi dan antar negara. Sekali lagi, hal ini dapat dianggap, bahwa pemikiran dan praktik yang dilakukan oleh para praktisi dan, cara umum, para pendidik harus konsisten dengan pengertian-pengertian performatif yang menekankan pada pengukuran dan pengontrolan. Pengetian-pengertian performatif dari kualitas mengajar telah membuat banyak negara memberikan reaksi terhadap tekanan-tekanan global. Banyak negara-negara berkembang di seluruh dunia telah memulai suatu proses pembentukan untuk membuat sistem-sistem pendidikan lebih produktif, seperti yang digambarkan pada teori kapital manusia. Kualitas mengajar yang performatif di dalam universitas dihubungkan dengan tiga karakteristik utama, sebagai berikut :
Kemampuan untuk mengontribusikan secara langsung tindakan di dalam ekonomi nasional melalui suatu pengajaran yang relevan pada industri dan perdagangan. Hal ini melibatkan suatu pemikiran kembali tentang pendidikan di universitas untuk merangkum pembelajaran yang berbasis – kerja, vokasionalisasi kurikulum, penempatan kerja, wira swasta dan pentingnya peningkatan pengetahuan yang relevan di dalam pemerintahan-pemerintahan, industri dan masyarakat. Hal ini mrngingatkan pada ‘hubungan yang cocok’ dari teori pendidikan.
Kemampuan untuk menarik minat para pelajar pada berbagai mata kuliah yang mampu bersaing di pasar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi secara global. Dalam hal ini, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menjadi bagian dari pengetahuan ekonomi dimana negara-negara bersaing di dalam pasar pendidikan untuk mendapatkan keuntungan (pemasukan dana yang lebih) dan berharga di mata masyarakat (prestise).
Peraturan dan standarisasi, adalah suatu cara dimana mengajar diatur oleh negara guna memaksimalkan kemampuan individu, institusi dan sistem pendidikan yang akan dijalankan. Jarak antara pengukur-pengukur dipakai untuk meyakinkan bahwa suatu negara telah mencapai pengembalian investasi yang baik pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Di negara Indonesia, BSNP merupakan suatu tujuan yang baik di dalam hal ini.
• Pengertian psikologis dari kualitas pendidikan.
Jenis dari kualitas mengajar merupakan suatu hal yang kontemporer, ketika hal ini memberikan arti tersendiri bagi kualitas mengajar yang muncul diantara profesionalisasi mengajar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi selama era 1990. mengajar yang baik dari perspektif ini didukung oleh konstruksi-konstruksi psikologis dari guru dan pelajar, secara umum, yang digambarkan ke dalam humanistik, kognitif, dan tingkah pola psikologi yang sedikit luas. Kualitas mengajar dihubungkan dengan suatu prosedur-prosedur yang universal untuk mengajar dan belajar, penerapan kesuksesan dari mengajar dan belajar ada dalam praktiknya dan kemampuan untuk mendapatkan hasil-hasil dari mengajar dan belajar. Pengertian-pengertian psikologis dari kualitas mengajar secara umum difokuskan pada transaksi diantara guru dan siswa. Dari perspektif ini, kualitas mengajar dalam hubungannya: tidak menjadi milik dari guru atau siswa. Agaknya hal ini dapat ditemukan di dalam hubungan interpersonal yang berkembang diantaranya. Bentuk psikologis dari kualitas mengajar yang dikenal di kalangan para pendidik dan para pelajar adalah apa yang diajarkan kadangkala sangat berbeda dari apa yang dipelajari. Metode-metode yang memfokuskan pada isi dari pengajaran dan penginformasian isi tersebut kepada mahasiswa, seperti ceramah, dianggap memiliki nilai yang terbatas ketika hal ini gagal unutk dimengerti melalui cara-cara yang berbeda ketika para mahasiswa berpikir dan memproses isi dari materi pembelajaran. pemusatan – mahasiswa membantu menerapakan membentuk ide-ide dan teori-teori yang menjadi populer diantara kritikan pada pengajaran melalui ceramah.
• Penerapan kritik.
Dipercaya bahwa pengertian dari kualitas mengajar telah memiliki dampak yang kecil terhadap praktek di dalam tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang berdasarkan pada keinginan-keinginan politik dan komitmen-komitmen. Pengertian-pengertian kritikal dari kaulaitas mengajar dihubungkan dengan tujuan-tujuan dari kebebasan, keadilan, dan kemamapuan kekuasaan yang dimiliki oleh para siswa. Karya-karya terkenal yang digunakan di dalam mengajar dan belajar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi didominasi oleh ide-ide psikologis dan teori-teori, menekankan transaksi diantara para dosen dan para mahasiswa dan menolak konteks sosial, politik, dan ekonomi secara lebih luas dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi itu berada. Dengan kata lain, kebanyakan para dosen secara luas kurang sensitif terhadap aspek politik dari mengajar. Penerapan kritik pada mengajar memaksa para dosen untuk mengembangkan suatu pandangan bahwa profesi mengajar adalah suatu tindakan politik. Menjadi seorang dosen adalah menjadi seorang ‘politikus’.
Penerapan kritik menjelaskan bahwa kualitas mengajar merupakan suatu konsep yang jelas yang bergantung pada sejarah dan situasi. Hal ini memberi arti bahwa ada pengertian-pengertian yang berbeda terhadap arti dari kualitas mengajar dan bagaimana mempraktekkannya. Meskipun begitu, akan menjadi tidak mungkin dan tidak penting untuk menentukan kulitas mengajar yang cocok berdasarkan tempat dan waktu. Penerapan kritik digunakan untuk mengidentifikasi nilai-nilai dan asumsi-asumsi yang mendukung kualitas mengajar. Akan menjadi suatu kasus, bahwa kita ─ para dosen LPTL tidak yakin tentang apa yang kita lakukan di dalam mengajar. Mendapatkan keuntungan dari pengertian-pengertian yang baik seharusnya tidak diambil nilainya; opini-opini umum ini harus diteliti ulang dan dipertanyakan tentang prinsip-prinsip yang terkandung di dalam opini-opini tersebut. Saran-saran yang diberikan terhadap kualitas mengajar, harus dilakukan penelitian secara terus-menerus terhadap tindakan mengajar.
Penerapan kritik di dalam penelitian terhadap kualitas mengajar melibatkan kemampuan tindakan intelektual secara umum terhadap pengetahuan, tingkah laku, diri sendiri, dan yang lainnya. Tindakan mengkritik dikarakterisasikan melalui kemampuan untuk menantang hal-hal yang biasa, menciptakan dan membayangkan hal-hal yang baru. Hal ini melibatkan suatu permintaan dan disposisi yang didukung melalui suatu pengenalan akan kebebasan untuk memilih dan membuat keputusan-keputusan. Tindakan mengkritik hanya dapat dicapai melalui dialog dengan orang-orang yang memiliki cara-cara yang berbeda di dalam melihat dunia. Para dosen harus melihat sesuatu hal yang potensial yang dmiliki oleh mereka. Tantangan pembelajaran pada tingkat yang lebih tinggi tentang kualitas mengajar, meskipun begitu, dapat membantu para mahasiswa dan para dosen untuk mengenali dan melatih kebebasan mereka untuk mengubah apa suatu kemungkinan dan bertanggung jawab terhadap keputusan mereka sendiri. Penerapan kritik pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi dijelaskan oleh poin-poin berikut ini:
Mengembangkan perspektif personal melalui suatu keterikatan yang aktif di dalam berbagai program pembelajaran. kami percaya bahwa akhirnya ada seseorang yang telah mengembangkan perspektif personal terhadap pengetahuan yang ada, pengalaman dan nilai-nilai kita dan komitmen-komitmen. Mengajar pada analisa akhir merupakan suatu usaha pribadi, mulai saat ini setiap dosen harus mempercayai kemampuan potensial mereka masing-masing.
Menghindari konvergensi dan penilaian yang belum matang (prematur). Kami percaya bahwa badan-badan pengetahuan kami merupakan sistem-sistem dari suatu tebakan-tebakan dan spekulasi-spekulasi, yang secara rasional hanya terbuka untuk debat. Dengan kata lain, apa yang dianggap benar saat ini tidak dapat dijadikan suatu kasus pada beberapa tahun mendatang. Hal ini juga diterapkan pada kebenaran dari kulaitas mengajar.
Menyadari bahwa pengertian-pengertian yang baru, realita-realita dan praktek-praktek mengajar pada universitas dapat berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan kecenderungan. Hal ini melibatkan suatu alternatif-alternatif dan juga membebaskan diri kita dari kepercayaan terhadap suatu ideologi. Hal ini memberikan saran bahwa setiap dosen harus mencoba untuk berinovasi melalui eksperimen dan meneliti cara-cara yang salah di dalam mengajar.
Mengembangkan kritik disposisi terhadap pengetahuan, diri sendiri, tindakan, dan profesionalisme di dalam mengajar. Secara umum, perkembangan dari keterikatan kritik dengan pengetahuan, tetapi telah menekankan pada cara bertindak berdasarkan suatu pengetahuan dan implikasi-implikasinya bagi diri sendiri. Hal ini dapat menjadi suatu kasus ketika sebuah universitas gagal untuk memenuhi misi-misinya yang telah diketahui oleh masyarakat. Penerapan kritik pada penelitian terhadap kualitas mengajar menjelaskan bahwa perspektif-perspektif yang berbeda dapat dibawa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mengajar dan belajar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini memberi arti bahwa apa yang terbaik di dalam pengajaran mata pelajaran kimia sebagai contoh dapat menjadi suatu hal yang tidak penting di dalam pengajaran mata pelajaran drama.
Mengembangkan perspektif yang komparatif di dalam menentukan kualitas mengajar. Hal ini secara sederhana berarti mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang kita miliki. Hal ini secara kontekstual dapat membantu kita, menempatkan pengertian kita terhadap kualitas mengajar. Perspektif-perspektif komparatif memberikan kesempatan untuk melihat dunia yang baru, untuk menyadari adanya suatu alternatif-alternatif, untuk membentuk dan menyaring ide-ide di dalam mencari ide-ide yang baru dan lebih baik. Suara-suara, pengaruh-pengaruh, dan kepercayaan-kepercayaan yang ditawarkan melalui marginalisasi dan kelompok-kelompok subordinat di masyarakat yang secara umum memberikan instruksi sejak hal tersebut ditempatkan untuk membangun sesuatu hal yang dominan dan praktek-praktek. Hal ini akan meyakinkan bahwa kualitas mengajar ditentukan di dalam pengertian yang baru dan dicermati oleh masyarakat yang kontemporer.
Kerangka kerja untuk bertindak
Konseptualisasi-konseptualisasi berbeda dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memberikan pengaruh yang signifikan pada pengertian kita melalui kulaitas mengajar. LPTK, non-LPTK, universitas-universitas dan politeknik-politeknik memiliki persepsi-persepsi yang berbeda pada kualitas pengajaran. Keterampilan-keterampilan para mahasiswa dapat berbeda-beda berdasarkan kualitas pengajaran yang diberikan kepada mereka dan hal ini akan membantu untuk mengembangkan otonomi diri mahasiswa. Pertanyaan penting lainnya yang ditanyakan mengenai kualitas mengajar adalah konsep eksklusif atau konsep inklusif. Apakah hal ini dapat membantu, sekelompok dosen yang berpengalaman, yang memiliki keterampilan-keterampilan dan kualitas-kualitas yang baik, dapat mengajar dan menjadi contoh bagi para pengajar yang lainnya? Peetanyaan tertulis ini menjelaskan bahwa pemikiran tentang pandangan-pandangan alternatif dapat menambah pengertian kita tentang kualitas mengajar dengan melihat dan berdasrkan pada empat perspektif utama yang telah dibentuk sebelumnya, yaitu: mengajar dengan cara yang lama, performatif, psikologis, dan kritik. Empat perspektif ini memenuhi secara akademikterhadap garis besar pada perkembangan contoh ideal dari kualitas mengajar. Alasan dari hal ini adalah menginformasikan suatu proses dari perefleksian kritik terhadap kualitas mengajar, untuk membantu belajar secara lebih mendalam, bergerak maju dan menelaah asumsi-asumsi yang ada.
Teori-teori menyatakan bahwa para dosen harus membagikan pengalaman-pengalaman belajar mereka kepada para mahasiswa yang dapat diterima dan memperluas pola pengertian dari para mahasiswa. Kualitas mengajar dari perspektif ini, meskipun begitu, adalah mencermati dengan dimulai ketika para mahasiswa sedang belajar dan membantu mereka untuk mengembangkan ketermpilan-keterampilan mereka yang telah diidentifikasi sebelumnya oleh Vygotsky (Vygotsky, 1978). Ada perbedaan-perbedaan diantar teori-teori ini, tetapi teori-teori ini mejelaskan suatu keinginan dan komitmen terhadap emansipasi. Mengajar dari perspektif ini dapat dianggap sebagai suatu kemampuan dari tindakan berpolitik dibandingkan dengan sesuatu yang netral atau tidak memiliki nilai. Manusia berpikir untuk memiliki kemauan tidak hanya pada pengontrolan atau membuat pernyataan-pernyataan yang dapat diterima oleh dunia, tetapi juga mengubah dunia menjadi lebih baik (Habermas, 1978). Berdasarkan kritik perspektif, pengetahuan, kurikulum, dan praktek-praktek mengajar dan belajar di dalam universitas-universitas dibentuk melalui keinginan-keinginan politik dan sosial yang mampu menjaga status quo. Kualitas mengajar dari kritik perspektif membantu memberikan akses pengetahuan kepada para pelajar, yang mampu membangun dengan baik ketertarikan-ketertarikan dan struktur-struktur sosial.
Untuk mendukung suatu proses emansipasi para siswa yang memberikan para siswa pengetahuan dan kontrol pada kehidupan mereka. Peranan guru adalah bertindak sebagai pemberi kritik atau perubah intelektual (lihat Giroux, 1988), yang menjelaskan tentang pengertian-pengertian epsitemologi para siswa dan interpertasi-interpretasi dari suatu realita dengan menawarkan pemikiran-pemikiran dan teori-teori yang baru kepada para siswa. Tingkat pendidikan yang tinggi dipandang sebagai suatu posisi sosial yang menguntungkan melalui persamaan-persamaan untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan, dan berpartisipasi. Kualitas mengajar tidak hanya melibatkan peningkatan kemudahan untuk mendapatkan bahan pembelajaran, tetapi juga dapat menambah jumlah masyarakat yang berpartisipasi melalui kreasi dari lingkungan belajar yang inklusif. Peningkatan kemampuan melalui partisipasi juga merupakan pusat dari pengertian-pengertian yang kritis terhadap kualitas mengajar. Ketika para pelajar melakukan suatu tindakan yaitu dengan memberikan suatu kritik yang beralasan di dalam kehidupan mereka, maka bentuk-bentuk partisipasi dari keterikatan di dalam situasi mengajar dan belajar dibutuhkan. Hal ini melibatkan suatu resiprok yang luas di antara guru dan kegiatan mengajar dapat dianggap sebagai suatu kasus. Mengajar secara sederhana tidak dapat dikurangi melalui segi teknikal atau segi praktikal; tentang apa artinya menjadi orang yang terdidik. Para dosen diharapkan dapat menempatkan praktek-praktek yang mereka lakukan pada konteks sosial yang luas, konteks politik dan konteks ekonomi dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Interpretasi-interpretasi performatif dari kualitas mengajar muncul dan menjadi pengaruh, didukung oleh para politikus, pembuat peraturan pendidikan, dan pengatur-pengatur institusi-institusi. Mereka mengijinkan kegiatan menagajar digunakan untuk kebutuhan ekonomi dan mengukur untuk meyakinkan keefisiensi suatu sistem. Para pendukung dari pernyataan performatif, mengidentifikasi hal tersebut sebagai suatu respon globalisasi yang tidak dapat dihindari, yang dapat membawa perubahan pendidikan di seluruh dunia.
Pengertian-pengertian psikologis dari kualitas mengajar umumnya mendominasi karya-karya yang dugunakan di dalam mengajar dan belajar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan membawa pengaruh yang besar pada praktiknya. Sepertinya, meskipun begitu, perspektif-persprktif yang ada di dalam kualitas mengajar bagi beberapa praktisi, akan dijelaskan secara signifikan melalui segu kognitif, humanistik, dan tingkah laku psikologis yang lebih sempit. Pengertian-pengertian mengajar dengan cara lama di dalam kualitas mengajar muncul untuk menolak dan melawan arah-arah yang timbul. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi di berbagai negara telah menempatkan masyarakatnya secara lebih baik di dalam pendidikan, dan membuka peluang yang lebar bagi para masyarakat untuk berpartisipasi dan mengubah metode-metode mengajar dan belajar. Sebagai contoh, mengajar melalui ceramah, metode-metode pembelajaran berbasis ceramah atau penjelasan dan ide-ide dari tindakan pembelajaran yang diberikan atau ditambahkan ke dalam proses belajar.
Pencarian Kriteria
Pengalaman kami dengan IMSTEP di dalam mengajar matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mengajarkan kepada kami tentang suatu ide dari refleksi diri. Kualitas mengajar dengan kontek dari skema IMSTEP dijabarkan secara jelas melalui contoh dari praktek yang reflektif, dimana para dosen mereflekdikan kemampuan mengajar mereka dan mendistribusikan suatu ide secara luas ‘praktek yang baik’ untuk melakukan kejasama dengan institusi. Praktek dari refleksi diri melibatkan mengidentifikasi ketidakcocokan diantara ‘teori-teori pendukung’ (bagaimana seseorang harus mengajar) dan teori-teori yang digunakan (bagaimana sebenarnya seseorang itu mengajar) dan menjelaskan solusi di dalam prakteknya untuk membetulkan ketidakcocokan. Diseminasi pada praktek yang baik menunjukkan keterikatan yang lebih jauh antara ‘refleksi pada tindakan’ : mengajar juga membagikan ide-ide kepada orang lain. Pada konteks ini , kualitas para pengajar dijelaskan sebagai berikut :
• Kemampuan untuk mempengaruhi siswa secara positif, untuk menginspirasi para siswa dan memudahkan mereka untuk mencapai hasil pembelajaran yang spesifik melalui institusi dan / atau daerah yang menjadi subyek ;
• Kemampuan untuk mempengaruhi dan menginspirasi sekelompok orang di dalam mengajar, praktik belajar dan latihan, melalui contoh dan / atau melalui diseminasi pada praktik yang baik ;
• Kemampuan untuk mempengaruhi secara positif komonitas mahasiswa dan dosen secara nasional pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi dalam hubungannya dengan mengajar, praktik belajar dan latihan ;
• Kemampuan untuk menjelaskan penerapan yang reflektif di dalam mengajar dan / atau pendukung pembelajaran.
Kesatuan karakteristik-karakteristik lainnya dari kualitas mengajar yang disarankan oleh Skema Kerjasama Pengajaran Nasional di Inggris (Skelton:2005) sebagai berikut:
• Individualisasi ─ Kualitas mengajar dikenal dari masing-masing dosen, dan bukan dari seklompok tim dosen. Rencana-rencana nyata untuk menciptakan suatu “kerjasama” diantara dosen-dosen yang berpengalaman yang mampu mengumpulkan aktifitas-aktifitas yang bermanfaat yang dapat membantu meraih kesuksesan.
• Didukung oleh ‘praktek yang reflektif’ ─ Kualitas mengajar secara umum membahas tentang refleksi dari mengajar yang dilakukan oleh seorang pengajar, menciptakan solusi-solusi tersebut ke dalam institusi dan sektor kerjasama. Berbagai praktek-praktek perkembangan dengan kerjasama pada ‘tindakan yang berdasarkan refleksi’.
• Psikologis ─ refleksi-refleksi bahwa para pengajar fokus pada transaksi diantara masing-masing individu dosen dan para mahasiswa, menggambarkan teori-teori yang berasal dari teori psikologis (‘kepribadian’; ‘gaya pembelajaran’; ‘motivasi’ dan lainnya).
• Praktek ─ Solusi untuk masalah-masalah mengajar merupakan suatu hal umumnya dapat terjadi, melibatkan perubahan-perubahan metode dan menciptakan materi-materi baru. ‘Tanda’ kualitas mengajar menggunakan teknologi-teknologi baru untuk membuat mengajar dan belajar lebih mudah dan atraktif pada para pelajar yang ‘kurang pandai’.
• Performatif ─ Bahwa mengajar dan mengajar yang baik dapat diukur dan dikontrol. Hal ini melibatkan sistem yang efisien dengan memaksimalkan penyerapan unit-unit pembelajaran (dari para dosen) dan tindakan-tindakan performatif dalam mencari standar mengajar yang umum pada sektor tertentu.
Institusi-institusi dan kualitas mengajar
Tujuan-tujuan pendidikan sepertinya akan menjadi efektif jika tujuan-tujuan pendidikan ini direfleksikan ke dalam misi institusional. Pendukung institusi pada kualitas mengajar dapat difasilitasi secara lansgung, berdasarkan kondisi-kondisi kerja, etos kerja, insentif-insentif dan pendukung untuk memakmurkan para pengajar. Berikut ini adalah ukuran-ukuran yang membentuk bagian luas dari prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang telah diidentifikasi ke dalam bentuk karya melalui institusi-institusi dapat menawarkan pendukung kulaitas mengajar:
• Sumber-sumber penambahan (termasuk waktu bagi para dosen untuk merefleksikan);
• Rasio-rasio rendah pengajar ─ siswa;
• Kualitas mengajar dan ruang-ruang belajar;
• Standar yang tinggi pada infrastruktur yang umum, alat-alat yang digunakan di dalam mengajar dan sebagainya;
• Proses-proses pengaturan dan peraturan-peraturan yang mendukung penghargaan untuk belajar dan mengajar untuk pengajaran;
• Mendanai perkembangan dari belajar dan mengajar;
• Budaya institusional yang memberikan nilai-nilai dan mempromosikan mengajar dan belajar;
• Peraturan-peraturan dan praktek-praktek yang mendukung perubahan dari ide-ide;
• Ketersediaan materimateri perkembangan yang profesional;
• Pengenalan peningkatan karir mengajar dan prosedur-prosedur promosinya.
Melalui produksi dari formalisasi pembelajaran dan peraturan-peraturan mengajar dan strategi-strateginya, institusi-institusi bekerja dan mengembangkan ‘budaya-budaya dari kualitas mengajar’. Ada tumbuhnya suatu harapan bahwa semua institusi-institusi pendidikan pada tingkat perguruan tinggi akan mencoba untuk mempromosikan budaya dari kualitas mengajar sebagai suatu ‘pusat’ aktifitas. Pada tingkat peraturan, kualitas mengajar dan belajar saat ini dianggap sebagai suatu hal yang penting di dalam ekonomi nasional yang kompetitif dan ketertarikan masyarakat pada institusi-institusi tersebut menunjukkan hubungan antara penelitian – pengajaran yang mamapu mendukung kualitas mengajar. ‘penelitian – yang dipakai’ di dalam pengajaran menjadi suatu hal yang paling populer di dalam menjelaskan hubungan antara penelitian – pengajaran tersebut. Di bawah ini adalah beberapa parameter-parameter dari penelitian yang dipakai di dalam pengajaran:
• Mengajar topik-topik yang penelitian yang spesifik yang juga telah dipelajari oleh pihak akademik pada satu waktu;
• Mengajar dengan menekankan perkembangan-perkembangan atau penelitian-penelitian langsung pada wilayah spesialisasi;
• Mengajar secara umum pada para pelajar yang mendapatkan beasiswa, mengajar dengan menkankan metode-metode penelitian atau cara-cara pengumpulan pengetahuan ke dalam suatu peraturan tertentu;
• Mengajar sebagai ‘dasar-permintaan’ belajar berlawanan dengan penerapan mengajar melalui ceramah-ceramah;
• Para pelajar sebagai para peneliti;
• Rancangan program-program tingkatan yang dikapitalisasi oleh penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli di sekolah atau di luar sekolah;
• Penelitian yang berhubungan di dalam konteks dari tingkatan program-program untuk perkembangan profesional (contohnya, para dosen, para dokter, para pengacara , dan para manajer);
• Lingkungan-lingkungan pembelajaran yang mendukung suatu fokus penelitian-yang dipakai, contohnya, kemudahan untuk mencarai materi-materi atau sumber-sumber belajar di perpustakaan, pendukung informasi teknologi yang baik; laboratorium-laboratorium yang lengkap.
• Universitas Sidney di Australia, seperti yang telah dijelaskan oleh Skelton (2005), mengadopsi secara luas suatu definisi, dimensi-dimensi di bawah ini dapat membantu untk memperluas penelitian –yang dipakai di dalam mengajar, dapat terjadi pada:
• Staf-staf peneliti ─ mengajar diteliti oleh para peneliti kelas dunia yang aktif dalam meneliti dan mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya.
• Bukti – berbasis mengajar ─ mengajar dan belajar sebagai suatu kesatuan yang dirancang berdasarkan karya pedagogik dan bukti-bukti dari pengalaman-pengalaman para pelajar.
• Penelitian – berbasis kurikulum ─ kurikulum merefleksikan proses-proses penelitian dan aktifitas-aktifitas (contohnya, kerjasama, menjelaskan sesuatu pada presentasi).
• Budaya bertanya ─ munculnya debat-debat dan diskusi-diskusi yang berdasarkan pada subjek-subjek dari pedagogik.
• Komunitas pelajar ─ para pelajar termasuk ke dalam budaya dan komunitas para peneliti.
• Penelitian – yang diatur di dalam mengajar ─ mengajar diaur melalui penelitian-penelitian yang kuat dan keinginan-keinginan dari staf untuk melakukan suatu penelitian.
• Penelitian – yang dipakai di dalam pengajaran ─ mengajar membantu menstimulasi penelitian terhadap ide-ide, teori-teori dan konsep-konsep yang diatur dengan tepat oleh para siswa.
Kontribusi dari cabang-cabang subjek
UPI saat ini memiliki 73 fakultas dari dua jalur: jalur pendidikan dan jalur non-pendidikan. Hubungan antara kualitas mengajar dan cabang-cabang dari subjek telah lama ada. Banyak pihak mendukung suatu asumsi yang berkembang, bahwa kualitas mengajar hanya dapat dimengerti dan didukung dengan kerangka kerja yang memadai. Hal ini menjelaskan bahwa cabang-cabang subjek harus di refleksikan dan bahwa kualitas mengajar harus didukung dengan struktur-struktur yang jelas dan alternatif-alternatif lainnya. Cabang-cabang subjek memenuhi struktur epistemologi dan organisasi sosial melalui pihak-pihak akademik yang bekerja penuh pada pendidikan yang lebih tinggi. Tindakan-tindakan, aktifitas-aktifitas dan gaya-gaya kognitif dari sekelompok pihak-pihak akademik menunjukkan suatu cabang tertentu yang diatur dengan karakteristik-karakteristik dan struktur-struktur pengetahuan yang dicermati oleh sekelompok orang-orang yang profesional.
Dari suatu perspektif, cabang-cabang subjek mendukung pihak akademik dan membantu menciptakan suatu komunitas, tradisi, sistem nilai, cara bertanya, struktur konseptual dan kesatuan dari praktek-praktek tingkah laku yang berasal dari pihak-pihak akademik. ‘Struktur yang dalam’ dari cabang ini biasanya dapat dimengerti dan hanya dipelajari melalui suatu periode dari suatu cabang subjek. Kualitas mengajar dari perspektif ini tidak dapat dihubungkan dengan struktur yang dalam, dengan konsep-konsep yang muncul dan metode-metode dari cabang yang menginformasikan arti dari mengajar dan belajar ke dalam cara-cara yang tepat.
Mengajar melalui cara yang lama merupakan suatu kegiatan yang terlalu memfokuskan transfer dari subjek – berbasis pengetahuan kepada para siswa. Adanya pusat – pergerakan pembelajaran untuk siswa menekankan betapa pentingnya sosialisasi terhadap kurikulum yang relevan dan metode-metode mengajar yang interaktif. Berdasarkan pandangan ini, subjek-subjek dapat di bagi ke dalam kesatuan kompetensi-kompetensi atau keterampilan-keterampilan yang kemudian di lakukan pengujian. Peranan guru dan dosen secara sederhana difokuskan pada penjelasan yang efisien dari suatu materi pembelajaran dan pencapaiannya pada kompetensi-kompetensi atau keterampilan-keterampilan yang spesifik. Hal ini dipercaya bahwa penerapan suatu cabang subjek harus berdasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini:
• Mengajar merupakan suatu bentuk ekspresi dan partisipasi di dalam suatu cabang.
• Mencari dan menjelaskan struktur cabang pedagogik yang penting: cabang dari proses-proses dan cara-cara berkomunikasi.
• Pengajar merefleksikan dan membicarakan sesuatu yang unik dan indikatif terhadap cabang.
• Belajar merupakan proses yang khusus dari induksi di dalam proses-proses cabang.
Kesimpulan-kesimpulan akhir
Pendidikan yang lebih tinggi harus memiliki suatu standar-standar pengajaran. Pengertian performatif dari kualitas mengajar mendukung peraturan yang membantu tersedianya dana bagi institusi-institusi yang mampu menghasilkan strategi-strategi mengajar dan belajar. Adanya strategi-strategi dan budaya-budaya institusional yang mendukung kualitas mengajar dihubungkan dengan sistem yang efisien dan mampu untuk meningkatkan standar-standar mengajar. Tidak ada suatu keraguan bahwa penempatan sistem pendidikan yang lebih tinggi dapat difokuskan pada institusional kualitas mengajar. Realisasi bahwa para pelajar yang kurang terampil akan membutuhkan pendukung belajar yang mampu mengubah sumber-sumber dan infrastruktur institusional. Perlu diingat bahwa UPI memliki keunikan tersendiri, di dalam melatih para mahasiswa untuk menjadi seorang pendidik atau non-pendidik. Para lulusan dari UPI diharapkan dapat memiliki fungsi di dalam sektor pendidikan dan di dalam non-pendidikan. Generalisasi-generalisasi berikut ini disaranakan oleh Skelton (2005):
• Kualitas mengajar dibutuhkan untuk dipakai di dalam mengajar yang menggunakan ceramah-ceramah. Ada suatu konsensus yang kuat, bahwa fakta-fakta mengajar, mengajar dengan menggunakan buku-buku teks, ‘berbicara kepada’ para mahasiswa, ‘menunjukkan’ dan tidak menjelaskan ide-ide tentang kualitas mengajar. Yang kemudian diperlukan adalah suatu proses interaktif (melibatkan dialog dan kerja kelompok), dengan para mahasiswa yang bertanggung jawab pada kegiatan belajar mereka.
• Kualitas mengajar membutuhkan suatu hubungan kolaborasi antara para mahasiswa dan para dosen. Hal ini melibatkan para dosen untuk menilai respon-respon yang diberikan yang diberikan oleh para mahasiswa yang berdasrkan pada pengalaman-pengalaman pendidikan dan mendapatkan timbal balik dari para dosen tentang metode-metode yang berbeda dan cara-cara alternatif yang digunakan di dalam penerapan mengajar.
• Kualitas mengajar melibatkan para dosen yang mampu membuat pilihan-pilihan yang tepat dari semua unsur teknik dan metodologi, yang cocok dengan pemikiran para mahasiswa dan konteks belajar. Grup – yang fokus berpartisipasi mampu mengerti bahwa para dosen yang baik merupakan suatu ‘fasilitas belajar’ yang perlu dijaga melalui penerapan pembelajaran yang berdasarkan pada cabang subjek, menjadi alasan dan suatu langkah perkembangan pada sekelompok mahasiswa.
• Para dosen yang baik dapat diatur melalui komitmen pada suatu proses yang terus-menerus di dalam jangka waktu yang cukup lama dari perkembangan profesional melalui refleksi dari kritik.
• Para dosen yang baik dapat mengatur kualitas-kualitas yang dimilikinya dan komitmen-komitmennya, seperti, antusiasme, energi, kemampuan – untuk menerapkan, ketertarikan-ketertarikan yang mereka tunjukkan kepada para mahasiswa sebagai masyarakat, keterampilan-keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan mereka untuk menjalin suatu hubungan dan berempati kepada para mahasiswa.
• Kualitas mengajar melibatkan suatu penjelasan yang lengkap bagi para mahasiswa yang memiliki keterampilan yang kurang, membantu mereka menyelesaikan kesulitan-kesulitan di dalam belajar dan memberikan suatu bantuan berupa remedi kepada para mahasiswa tersebut. Kualitas mengajar tidak dihubungkan dengan pencapaian nilai-nilai yang baik atau sukses mengajar dan mampu membentuk mahasiswa menjadi baik.
• Para dosen yang baik merupakan penuntun perjalanan; disini pengajar merupakan seseorang yang menuntun siswa melalui suatu kesulitan jika memang diperlukan dengan memberikan bantuan-bantuan navigasional, rancangan peta-peta dan pengalaman dari perjalanan-perjalanan. Para pengajar memudahkan siswa untuk mengeksplorasi sesuatu hal dengan aman dan nyaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar