Dalam membuat
kebijakan dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berpatokan pada
sekolah-sekolah yang ada di kota. Sehingga pada saat kebijakan itu diambil dan
dilaksanakan secara menyeluruh, hanya sekolah di kota saja yang bisa
melaksanakannya dengan baik. Sedangkan sekolah yang terkategori berada di desa
tidak bisa melaksanakannya dengan baik. Apalagi sekolah yang berada di daerah
terpencil, terluar maupun pedalaman hanya bisa mendengar kebijakannya saja,
tetapi melaksanakannya tidak terpedaya. Karena dari segi sarana dan prasarana
maupun pendidiknya terbatas.
Sebagai
contoh kebijakan BOS tahun 2015. Mendengar kebijakan BOS SMP tahun 2015 naik
menjadi 1 juta persiswa banyak sekolah yang bahagia. Tetapi kebahagiaan itu hanya berada pada
sekolah yang siswanya banyak. Sedangkan di daerah terpencil yang siswanya
sedikit kenaikan itu tidak berarti apa-apa. Walaupun untuk SMP jika siswa tidak
sampai 60 siswa maka BOSnya akan dihitung 60 siswa. Namun itu hanya isapan jempol
belaka, karena kenyataannya triwulan pertama tahun 2015 masih saja sekolah yang
siswanya tidak sampai 60 siswa tetap dibayar sejumlah siswanya bukan 60 siswa.
Kalau kita
berasumsi hitungan 60 siswa dikali 1 juta, maka dana BOS yang diterima sebesar
60 juta pertahun. Lalu dana tersebut dibagi menjadi 4 triwulan pembayaran
menjadi 15 juta pertriwulan pembayaran. Berarti dalam satu bulan dana BOS untuk
operasional sekolah 5 juta perbulan.
Dengan dana 5
juta perbulan, kalau semua guru yang mengajar di sekolah tersebut PNS semua,
sekolah masih bisa berbuat banyak untuk kegiatan pembelajaran di sekolah. namun
fakta yang terjadi di lapangan tidak semua sekolah yang berada di daerah
terpencil atau pedalaman gurunya PNS semua, melainkan banyak guru honor. Kita ambil
satu dari sekian banyak SMP yang berada di daerah terpencil atau pedalaman yang
berada di salah satu kabupaten yang guru PNSnya hanya satu. Guru tersebut
sebagai guru dan juga sebagai kepala sekolah.
Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa di SMP mata pelajaran banyak, antara lain: agama
(mungkin di sekolah itu ada 3 agama ini berarti sudah perlu 3 orang guru
agama), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya,
Penjaskes, PKn, Keterampilan/TIK, Mulok ditambah Ekstra Pramuka. Jika guru
(juga kepala sekolah) di sekolah tersebut mengajar bahasa Indonesia berati
untuk mata pelajaran yang lain perlu guru lain. Dengan rincian, sebagai berikut
:
Agama = 3 orang
guru
Bahasa
Inggris =
1 orang guru
Matematika = 1 orang guru
IPA = 1
orang guru
IPS = 1
orang guru
Seni Budaya = 1 orang guru
Penjas = 1 orang
guru
PKn = 1
orang guru
Keterampilan/TIK = 1 orang guru
Mulok = 1 orang
guru
Pramuka = 2 pembina
(putra dan putri)
Berdasarkan
rincian di atas maka jumlah guru yang diperlukan sebanyak 12 orang dan 2
pembina pramuka. Jika satu orang diberi gaji perbulan 200.000 maka 200.000 kali
14 sama dengan 2.800.000. Jadi sisa uang yang 5 juta tadi sebesar
5.000.000-2.800.000 sama dengan 2.200.000. Transportasi pengambilan BOS 500.000
PP (jarak jauh) lalu untuk pembuatan laporan dan fotokopi berbagai berkas
200.000. Jadi jumlah dari 2 kegiatan itu berjumlah 500.000 ditambah 200.000
sama dengan 700.000. sisa dana 2.200.000-700.000 sama dengan 1.500.000.
Dana
1.500.000 ini untuk keperluan administrasi dan uang minum guru saja sudah tidak
cukup untuk satu bulan. Belum lagi honor sebagai waka, wali kelas, guru piket
dan lain-lain. Padahal di sekolah banyak kegiatan pembelajaran yang memerlukan
biaya. Ada berbagai kegiatan di sekolah, antara lain: PSB, MOS, MID Semester,
UAS, UN, Class Metting, Kemah, Pengadaan buku pelajaran, pengadaan media
belajar, belum lagi kegiatan-kegiatan seperti rapat guru dan rapat orang tua
siswa. Dengan demikian anggaran operasional sekolah yang 5 juta perbulan untuk
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan sekolah belum tentu cukup.
Hal yang
telah dikemukakan sebelumnya harus menjadi bahan kajian pemerintah untuk
membuat kebijakan ke depannya. Sehingga semua sekolah baik yang berada di
daerah terpencil maupun di kota bisa berjalan dengan baik. Sesuai dengan
tuntutan Standar Nasional Pendidikan. Dari gambaran di atas apakah mutu yang
kita impikan semua bisa terwujud dengan mudah. Saya pikir kita perlu merenung
kembali apakah yang kita bayangkan dengan kenyataan yang kita hadapi sama atau
berbeda. Untuk mencapai mutu yang seperti diinginkan perlu berbagai hal yang
harus ada baik dari segi biaya, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga
kependidikan.
Antarlah
mimpi-mimpi ke siswa yang berada di daerah terpencil dan diiringi mimpi-mimpi
mereka menuju keberhasilan, karena semua siswa anak bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar