Guruku... Alangkah besar pengabdianmu. Tanpa tanda jasa kau tetap setia mendidikku. Agar aku berguna bagi nusa dan bangsa.

Selasa, 20 Desember 2011

KEPALA SEKOLAH KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Kata “kepala sekolah” tersusun dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, dan “sekolah” yaitu sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pembelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan prasarana”.

Untuk menjawab tantangan dari pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 tersebut seorang kepala sekolah harus bisa bekerja secara profesional, yang mana memiliki berbagai keterampilan. Karena keterampilan tersebut sebagai bekal dalam melaksanakan roda kepemimpinannya, diantaranya terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah, antara lain pertama, mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengurus administrasi sekolah. Kedua, mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai alat pembelajaran.

Harapan tersebut sebenarnya bisa terwujud jika pihak yang berkompeten dalam pengangkatan kepala sekolah benar-benar memperhatikan bagaimana seharusnya sosok seorang kepala sekolah, selain dia harus memiliki empat kompetensi. Namun banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat dalam melakukan tugas dan wawasan kepala sekolah yang masih sempit, serta tidak menguasai teknologi khususnya tentang pemanfaatan komputer sebagai alat yang membantu dalam bekerja untuk menyelesaikan administrasi.

Sehingga, yang terjadi dilapangan banyak kepala sekolah yang termasuk dalam kategori gaptek (gagap teknologi). Tentu saja, jika seorang kepala sekolah tidak memiliki keterampilan dalam memanfaatkan komputer hal ini akan mengganggu kelancaran administrasi di sekolah. Apalagi sekolah yang ditempati kepala sekolah tersebut termasuk dalam sekolah penyelenggara, otomatis administrasi yang dikerjakan cukup banyak terutama saat-saat menghadapi ujian sekolah maupun nasional. Hal seperti ini terjadi karena ketidakjelian pemerintah dalam menentukan siapa yang berhak menjadi kepala sekolah dan ditambah lagi dalam proses pengangkatan tidak melalui tes cakep (calon kepala). Selain itu, ada yang menjadi kepala sekolah karena ada hubungan keluarga dengan pejabat yang berwenang maupun sistem SDM (Siapa Dekat Maju).

Cara-cara seperti itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena beban kerja seorang kepala sekolah cukup berat apalagi tingkat SD tidak memiliki TU (Tata Usaha) yang mengelola administrasi. Selain itu, administrasi yang harus diselesaikan begitu banyak salah satu contoh dalam pembuatan laporan BOS. Jika dalam membuat laporan BOS saja kepala sekolah sudah meminta orang lain yang membuatnya, bagaimana lagi dengan administrasi sekolah yang lain? Dan hal seperti ini banyak terjadi di lapangan karena kepala sekolahnya tidak tahu komputer. Yang namanya meminta bantuan orang untuk membuat laporan tidak bisa selesai dengan cepat dan akurat, pasti ada kelemahan-kelemahan yang terjadi, apakah kerapiannya, tata tulisnya maupun kesesuaian isi laporan. Maka tidak heran biasanya pada saat kepala sekolah mengantar laporan BOS ke dinas pendidikan untuk diperiksa, banyak yang dikembalikan untuk diperbaiki.

Jika hal-hal yang seperti dikemukakan sesudahnya masih saja terjadi, maka akan mengalami kesulitan dan bagaimana kualitas pendidikan? Apalagi pada 2013 seorang kepala sekolah harus melakukan penilaian kinerja, barang tentu hal tersebut menuntut keprofesionalan dalam membuat administrasinya dan alat yang bisa membantu, yaitu komputer. Oleh sebab itu, saya sarankan berpikir matang-matang sebelum mengambil jabatan sebagai kepala sekolah karena kerjaannya banyak sedangkan tunjangan yang diberikan pemerintah sangat-sangat kecil, sebagai contoh seorang kepala sekolah dasar cuma seratus ribu lebih. Sedangkan tuntutannya dia harus menyelesaikan sekian puluh administrasi bahkan ratusan lebih administrasi sekolah. Kalau di sekolah besar masih mendingan karena BOS bisa bantu, tetapi kalau di sekolah kecil tidak ada yang bisa bantu melainkan mengorek kantong sendiri. Karena ada pepatah yang mengungkapkan jika sudah menjadi kepala, “Biar tekor asal tersohor”.

Minggu, 20 November 2011

MIMPI INDAH GURU

Pemerintah (Orang yang mempunyai kebijakan) harusnya menyadari bahwa tugas seorang guru sangatlah berat. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab I pasal 1 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Apalagi yang dididik guru ini adalah para anak bangsa. Generasi penerus cita-cita bangsa ke depannya untuk menjadikan negara (Indonesia) ini lebih baik. Maka dari itu, sudah seharusnya guru diberi penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa mereka, bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa. Karena istilah tersebut sudah tidak zaman lagi. Kalau kita berpikir 70 tahun yang lalu itu wajar saja, tetapi sekarang kehidupan sudah berkembang pesat dan modern. Yang mana berbagai aspek kehidupan menuntut perubahan. Oleh sebab itu, penghargaan yang sesuai untuk guru, sudah sewajarnya mereka terima.

Apalagi seiring perkembangan zaman sekarang berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah terhadap guru selalu mengharapkan bahwa guru harus melakukan pengembangan diri untuk menjadikan dirinya professional. Kata ini memang mudah disebutkan, tetapi untuk mewujudkannya pasti memerlukan biaya dan itu tidak murah. Oleh sebab itu, jika tuntutan itu tidak diiringi dengan kebijakan yang memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada guru, hal tersebut pasti sulit untuk memenuhinya. Karena kebutuhan guru bukan hanya kebutuhan untuk melakukan pengembangan diri saja, melainkan guru juga punya kehidupan pribadi, istilah lainnya keluarga yang perlu diberi nafkah dan fasilitas sandang pangan. Ditambah lagi guru juga mempunyai mimpi-mimpi yang indah yang ingin diwujudkan seperti kebanyakan orang, bukan lagi sosok Umar Bakri di sinetron atau film.

Kalau kita bicara tentang Umar Bakri, sekarang masih banyak Umar Bakri. Mereka adalah guru-guru yang mengajar di daerah pedalaman baik guru SD maupun guru SMP Satu Atap. Mereka adalah Umar Bakri yang sangat mengharapkan perhatian dari semua pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah. Karena kenyataan yang terjadi guru yang mengajar di pedalaman dengan guru yang mengajar di kecamatan apalagi kota kabupaten jauh berbeda kehidupannya. Yang pasti lebih baik adalah guru yang mengajar di kecamatan maupun kota kabupaten, baik itu dari segi pengembangan diri maupun kehidupan pribadinya.

Kenyataan ini sebenarnya realita yang nampak oleh mata pemerintah. Namun, walaupun nampak tidak pernah tergubris di hati pemerintah untuk memperhatikan nasib mereka. Kalaupun ada kebijakan yang memperhatikan mereka di pedalaman, tetapi syarat untuk mendapatkannya berbelit-belit dan bahkan peraturan itu tidak memihak. Karena yang membuat peraturan para politikus kota bukan orang yang bekerja di pedalaman. Mana para politikus kota tahu menahu keadaan di pedalaman. Seharusnya jika pemerintah berniat ingin memberikan penghargaan atau tunjangan pada para guru yang ada di pedalaman tidak usah banyak syarat atau embel-embel, ini banyak hal yang harus dipenuhi harus lima tahun dululah baik honor maupun mengajar, miliki inilah, miliki itulah. Yang jadi pertanyaan satu sampai lima tahun itu mau diberi tunjangan atau penghargaan apa? Tetapi kenapa tunjangan-tunjangan yang diterima oleh anggota dewan, tidak ada embel-embel itu ini yang harus mereka penuhi, besar lagi dari segi jumlah. Padahal saat sidang ada yang tidur, ada yang main hp, ada yang ngobrol satu sama lain.

Berilah kesempatan pada para guru yang mengajar di pedalaman bermimpi dan pihak yang berwenang, yaitu pemerintah wujudkan mimpi mereka seperti orang-orang yang ada di kota. Sudah waktunya mereka diperhatikan bukan guru yang termarjinalkan. Buatlah sistem pegawai rolling sehingga bisa merasakan pahit manis bekerja di daerah pedalaman. Melewati jalan hutan setapak, berjalan naik turun bukit yang tersengat panasnya matahari, di tengah perjalanan terguyur hujan, motor macet di tengah hutan, bermalam di jalan makan seadanya, melewati jalan yang licin dan bercaer (lumpur), dan cerita-cerita indah lainnya (bisa anda bayangkan).

Selain itu, sudah saatnya pemerintah punya peta tentang sekolah, sehingga dalam hal pengajian guru bisa dilakukan dengan adil. Karena selama ini keadilan itu jauh sekali. Sebagai contoh, guru yang mengajar di pedalaman dengan guru yang mengajar di kota, sebenarnya sudah seharusnya gaji guru yang mengajar di kota lebih kecil dibanding guru yang mengajar di pedalaman, misalnya guru yang mengajar di kota golongan IIIa gaji Rp 1.900.000,00/bulan, sedangkan yang seharusnya guru yang mengajar di pedalaman minimal Rp 3.000.000,00/bulan. Inipun sebenarnya lebih kecil dari uang pulsa anggota DPR. Karena yang perlu diingat yaitu semua barang yang dijual di daerah pedalaman, transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya lebih jauh mahal, maka dari itu permasalahan ini perlu disikapi baik pemerintah maupun wakil-wakil rakyat yang duduk di dewan, jangan dapat kursi empuk lalu tidur. Sedangkan saat membicarakan gaji, tunjangan anggota dewan semangat luar biasa. Mental seperti inilah yang perlu diperbaiki.

PENDIDIKAN MASA DEPAN

Ada ungkapan bahwa pendidikan sebagai tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Maka pada waktu Jepang dibom oleh tentara sekutu, yang ditanya oleh kaisarnya pada waktu itu adalah berapa jumlah guru yang kita miliki sekarang? Karena beliau berpikir yang harus dibangun itu adalah pendidikan, yaitu melalui para guru yang ada di negaranya. Dan ternyata kita bisa melihat sekarang bagaimana Jepang yang dulu dengan Jepang yang sekarang. Jadi memang benar bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Penyelenggaraan pendidikan pada hakikatnya memiliki tujuan utama untuk menghasilkan dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Di samping itu pula menghasilkan lulusan dan anak didik yang bisa mengikuti perkembangan zaman dan berguna di masa depan mereka.

Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dengan baik, maka dari itu pendidikan masa depan setidaknya memiliki ciri, sebagai berikut.

1. Peserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya.

2. Peserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.

3. Penguasaan materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik (life-long learning).

4. Penggunaan multimedia.

5. Guru sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.

6. Terpadu dan berkesinambungan.

7. Menekankan pada pengembangan pengethuan. Kesalahan menunjukkan proses belajar dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar.

8. Iklim yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.

9. Peserta didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep, dan keterampilan.

10. Penekanan pada pencapaian target kompetensi dan keterampilan.

11. Pemanfaatan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar.

Untuk memantapkan ciri pendidikan masa depan yang diuraikan sebelumnya, maka dengan demikian pendidikan masa depan harus mengarahkan pembelajarannya terfokus pada beberapa keterampilan yang harus ditanamkan pada pebelajar. Keterampilan tersebut, antara lain :

ü Keterampilan Penelitian

ü Keterampilan Komunikasi

ü Keterampilan Berpikir

ü Keterampilan Sosial

ü Keterampilan Mengatur diri sendiri

ü Keterampilan Hidup

Sehingga pada akhir pembelajaran suatu jenjang pendidikan setiap pebelajar bisa menjadi seperti yang diungkapkan oleh Ken Kay, President Partnership for 21st Century Skills, antara lain :

Pemikir yang kritis

Seorang penyelesai masalah

Seorang inovator

Dapat berkomunikasi secara efektif

Dapat berkolaborasi secara efektif

Dapat mengarahkan diri sendiri

Paham akan informasi dan media

Paham dan sadar akan masalah global

Memikirkan kepentingan umum

Terampil dalam keuangan, ekonomi dan kewirausahaan

Dengan demikian pendidikan akan membawa angin segar bagi seluruh umat manusia. Satu hal yang perlu kita pahami melalui ungkapan McKenzie, yaitu untuk mendidik dan menghasilkan orang dewasa yang tidak sekedar menjadi penduduk dunia namun juga mencoba untuk menciptakan dunia masa depan yang cocok untuk semua penduduknya”. Inilah sebenarnya yang diharapkan. Mudahan apa yang diharapkan ini bisa terwujud dengan cepat.