Guruku... Alangkah besar pengabdianmu. Tanpa tanda jasa kau tetap setia mendidikku. Agar aku berguna bagi nusa dan bangsa.

Jumat, 24 April 2015

Perspektif Pendidikan dari Segi Biaya

Dalam membuat kebijakan dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berpatokan pada sekolah-sekolah yang ada di kota. Sehingga pada saat kebijakan itu diambil dan dilaksanakan secara menyeluruh, hanya sekolah di kota saja yang bisa melaksanakannya dengan baik. Sedangkan sekolah yang terkategori berada di desa tidak bisa melaksanakannya dengan baik. Apalagi sekolah yang berada di daerah terpencil, terluar maupun pedalaman hanya bisa mendengar kebijakannya saja, tetapi melaksanakannya tidak terpedaya. Karena dari segi sarana dan prasarana maupun pendidiknya terbatas.
Sebagai contoh kebijakan BOS tahun 2015. Mendengar kebijakan BOS SMP tahun 2015 naik menjadi 1 juta persiswa banyak sekolah yang bahagia.  Tetapi kebahagiaan itu hanya berada pada sekolah yang siswanya banyak. Sedangkan di daerah terpencil yang siswanya sedikit kenaikan itu tidak berarti apa-apa. Walaupun untuk SMP jika siswa tidak sampai 60 siswa maka BOSnya akan dihitung 60 siswa. Namun itu hanya isapan jempol belaka, karena kenyataannya triwulan pertama tahun 2015 masih saja sekolah yang siswanya tidak sampai 60 siswa tetap dibayar sejumlah siswanya bukan 60 siswa.
Kalau kita berasumsi hitungan 60 siswa dikali 1 juta, maka dana BOS yang diterima sebesar 60 juta pertahun. Lalu dana tersebut dibagi menjadi 4 triwulan pembayaran menjadi 15 juta pertriwulan pembayaran. Berarti dalam satu bulan dana BOS untuk operasional sekolah 5 juta perbulan.
Dengan dana 5 juta perbulan, kalau semua guru yang mengajar di sekolah tersebut PNS semua, sekolah masih bisa berbuat banyak untuk kegiatan pembelajaran di sekolah. namun fakta yang terjadi di lapangan tidak semua sekolah yang berada di daerah terpencil atau pedalaman gurunya PNS semua, melainkan banyak guru honor. Kita ambil satu dari sekian banyak SMP yang berada di daerah terpencil atau pedalaman yang berada di salah satu kabupaten yang guru PNSnya hanya satu. Guru tersebut sebagai guru dan juga sebagai kepala sekolah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di SMP mata pelajaran banyak, antara lain: agama (mungkin di sekolah itu ada 3 agama ini berarti sudah perlu 3 orang guru agama), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Penjaskes, PKn, Keterampilan/TIK, Mulok ditambah Ekstra Pramuka. Jika guru (juga kepala sekolah) di sekolah tersebut mengajar bahasa Indonesia berati untuk mata pelajaran yang lain perlu guru lain. Dengan rincian, sebagai berikut :
Agama                                     = 3 orang guru
Bahasa Inggris                        = 1 orang guru
Matematika                            = 1 orang guru
IPA                                           = 1 orang guru
IPS                                           = 1 orang guru
Seni Budaya                            = 1 orang guru
Penjas                                      = 1 orang guru
PKn                                          = 1 orang guru
Keterampilan/TIK                    = 1 orang guru
Mulok                                      = 1 orang guru
Pramuka                                  = 2 pembina (putra dan putri)
Berdasarkan rincian di atas maka jumlah guru yang diperlukan sebanyak 12 orang dan 2 pembina pramuka. Jika satu orang diberi gaji perbulan 200.000 maka 200.000 kali 14 sama dengan 2.800.000. Jadi sisa uang yang 5 juta tadi sebesar 5.000.000-2.800.000 sama dengan 2.200.000. Transportasi pengambilan BOS 500.000 PP (jarak jauh) lalu untuk pembuatan laporan dan fotokopi berbagai berkas 200.000. Jadi jumlah dari 2 kegiatan itu berjumlah 500.000 ditambah 200.000 sama dengan 700.000. sisa dana 2.200.000-700.000 sama dengan 1.500.000.
Dana 1.500.000 ini untuk keperluan administrasi dan uang minum guru saja sudah tidak cukup untuk satu bulan. Belum lagi honor sebagai waka, wali kelas, guru piket dan lain-lain. Padahal di sekolah banyak kegiatan pembelajaran yang memerlukan biaya. Ada berbagai kegiatan di sekolah, antara lain: PSB, MOS, MID Semester, UAS, UN, Class Metting, Kemah, Pengadaan buku pelajaran, pengadaan media belajar, belum lagi kegiatan-kegiatan seperti rapat guru dan rapat orang tua siswa. Dengan demikian anggaran operasional sekolah yang 5 juta perbulan untuk seluruh kegiatan yang berkaitan dengan sekolah belum tentu cukup.
Hal yang telah dikemukakan sebelumnya harus menjadi bahan kajian pemerintah untuk membuat kebijakan ke depannya. Sehingga semua sekolah baik yang berada di daerah terpencil maupun di kota bisa berjalan dengan baik. Sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan. Dari gambaran di atas apakah mutu yang kita impikan semua bisa terwujud dengan mudah. Saya pikir kita perlu merenung kembali apakah yang kita bayangkan dengan kenyataan yang kita hadapi sama atau berbeda. Untuk mencapai mutu yang seperti diinginkan perlu berbagai hal yang harus ada baik dari segi biaya, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan.

Antarlah mimpi-mimpi ke siswa yang berada di daerah terpencil dan diiringi mimpi-mimpi mereka menuju keberhasilan, karena semua siswa anak bangsa.