Guruku... Alangkah besar pengabdianmu. Tanpa tanda jasa kau tetap setia mendidikku. Agar aku berguna bagi nusa dan bangsa.

Kamis, 28 Agustus 2008

MAKHLUK ALLAH YANG SEMPURNA

Oleh: Jamyas Suhardi, S.Pd.

Manusia jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain, manusia mempunyai derajat yang tinggi daripada makhluk-makhluk lainnya, karena memang manusia itu memiliki kemampuan berfikir yang berbeda dibandingkan dengan makhluk yang lainnya sebab dalam diri manusia terdapat berbagai potensi seperti pengetahuan, keterampilan, dan keahlian. Untuk itu sebagai makhluk sosial ia selalu memikirkan penyempurnaan dalam melaksanakan aktifitas-aktifitas yang didorong oleh nalurinya.

Berbekal karunia yang telah diberikan Allah SWT, manusia sebenarnya berpotensi menjadi makhluk berintelektual tinggi. Oleh karena itu, sebagai wujud syukur dan terima kasihnya kepada Tuhan, mereka seharusnya memiliki akhlak yang mulia, misalnya : rajin dalam beribadah, santun terhadap orang tua, baik sesama, suka menolong orang lain yang berada dalam kesusahan, rajin mencari ilmu, dan rajin dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan pepatah orang tua. Carilah rejeki sebanyak mungkin seolah-olah engkau hidup seribu tahun lagi. Berbuat baik dan beridahlah engkau pada Allah seolah-olah besok hari engkau akan meninggal. Golongan orang-orang yang disebutkan tadi sangat dicintai oleh Allah SWT.

Kenyataannya yang dilihat apabila diamati dengan seksama perillaku manusia saat ini, yang terjadi justru sebaliknya. Banyak diantara mereka yang berilmu tinggi tetapi kualitas akhlaknya kurang. Apabila kondisi ini dibiarkan berlangsung terus menerus, bukan peningkatan kualitas yang didapat tetapi sumber manusia tersebut malah akan menjadi beban pembangunan bangsa di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia hanya bisa diamati dari usaha manusia tersebut dalam mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki sehingga bermanfaat untuk dirinya dan bermanfaat untuk orang lain. Usaha dari seseorang ini sangat dihargai dalam pandangan Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang gigih (dalam berusaha) dan teguh dalam berdo’a” ( H.R. Thabrani dan Baihaqi ). Fuad Hasan (1992:172) mengatakan bahwa mutu sumber daya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan, keterampilan, kemahiran, dan keahlian yang dikuasai dan bisa menjadi penunjang kesanggupannya, melainkan harus disertai oleh sikap yang baik dan orientasi untuk tampil produktif dan prestatif.

Nabi Muhammad Saw berpesan kepada umatnya tentang keutamaan memiliki ilmu melalui sabdanya yang berbunyi :
“Barang siapa yang mencari jalan agar dia dapat memperoleh ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya untuk menuju ke Surga, sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah, seperti keutamaan malam bulan purnama atas semua bintang”.

Rasulullah bersabda : “Diantara hamba-hamba Allah yang paling disukai-Nya ialah yang paling baik ahklaknya”. (H.R. Tabrani).

Oleh sebab itulah manusia tidak hanya diharapkan memiliki ilmu yang tinggi, tetapi manusia juga harus memiliki akhlak yang baik, akhlakul karimah, yaitu manusia yang memiliki kedua-duanya. Sehingga manusia tersebut akan berguna bagi seluruh umat manusia. Jika manusia itu menjadi pemimpin, maka dia pemimpin yang selalu mengajak rakyatnya berbuat baik, bukan pemimpin yang hanya bisa berbicara dan korupsi. jika manusia itu menjadi pejabat pemerintah, dia akan selalu ingat bahwa dia memegang amanat yang telah dititipkan oleh rakyat sehingga dia akan melayani rakyat, bukan menjadi sok raja rakyat. Jika manusia itu menjadi guru, maka dia akan menjadi guru yang selalu menanamkan sikap dan tingkah laku yang baik dan selalu disertai dengan ilmu yang bermanfaat, bukan hanya guru yang bisa memberi perintah dan mengharap hasil yang baik tanpa melihat proses dari pembelajaran yang dilakukannya. Jika manusia itu menjadi rakyat, dia bisa menghargai sesama, menyayangi sesama, dan menghormati sesama. Selain itu, dia juga bisa menghargai sejarah dan budaya bangsanya, bukan rakyat yang hanya ingin dirinya senang dan memiliki kekayaan duniawi serta membanggakan budaya dan kehidupan bangsa lain.

Penulis berharap semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang dicintai Allah SWT, amin.

Selasa, 26 Agustus 2008

KREATIF BERPIKIR DAN KREATIF BERBUAT

Oleh : Jamyas Suhardi, S.Pd.

Pendahuluan
Sebagai seorang guru harus bisa mendidik, mengajar, dan membimbing siswa. Salah satu yang harus dilakukan terhadap siswa adalah mengajarkan mereka bagaimana cara mengembangkan pemikiran positif terhadap berbagai masalah/persoalan yang dihadapi. Masalah yang dihadapi siswa beragam dari masalah di sekolah maupun di rumah. Jika, masalah-masalah tersebut tidak bisa siswa sikapi dengan positif, hal itu akan mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itulah, peran guru dalam mendidik siswanya mengarah pada pembelajaran yang demokratis. Jadi, siswa tidak segan untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya.


Dalam mengembangkan pemikiran positif, seseorang itu harus hidup kreatif. Menurut Utami Munandar (1999:19) hidup kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal; menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas-aktivitas baru, mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang lain,dan masalah kemanusiaan.


Hidup kreatif ada 2 macam, yaitu kreatif dalam berpikir dan kreatif dalam berbuat. Kreatif dalam berpikir artinya dapat memberi sumbangan pendapat yang bisa dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan atau tindakan. Sedangkan kreatif dalam berbuat artinya harus bisa bertindak yang tepat, tetapi harus berdasarkan pemikiran-pemikiran yang inovatif.


Oleh sebab itulah, Mark Brown memberi gambaran tentang model lima tahap untuk berpikir yang disebut dengan istilah AGISA. A (analysis) mengungkapkan hal-hal yang mempengaruhi keputusan. G (goals) hasil dari pengungkapan masalah tersebut. I (ideas) mencari ide-ide yang bisa dikembangkan. S (selection) menyeleksi ide-ide untuk diperiksa kelemahannya lalu solusinya. A (action) melakukan tindakan terhadap ide yang dipilih.


Guru harus bisa menerima gagasan yang dikemukan oleh siswa baik itu gagasannya salah maupun benar. Jika, gagasan yang dikemukakan oleh siswa salah, guru harus berpikir secara postif. Karena tujuan kita untuk merangsang siswa mengeluarkan pendapatnya terhadap suatu persoalan. Banyaknya guru menerima gaagsan dari siswa, guru akan mudah dalam menentukan tindakan selanjutnya.

Kasus yang Terjadi
Di sebuah sekolah ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan pemikiran positif terhadap berbagai persoalan. Hal ini bisa dilihat dari proses belajar.
Contoh : Iwan dalam ulangan Bahasa dan Sastra Indonesia, dia mendapat nilai 3 dan dia tidak lulus pada ulangan tersebut.
Secara logika, jika mendapat nilai 3 harus cepat minta remedial pada guru bersangkutan. Tetapi, Iwan ini acuh tak acuh terhadap nilainya itu. Dari peristiwa ini tidak tampak darinya untuk berpikir kreatif dan berbuat kreatif. Untuk berusaha memperbaiki nilainya

Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengatasi kesulitan siswa dalam mengembangkan pemikiran positif terhadap berbagai persoalan?

Penyebab Terjadinya Permasalahan
Adapun penyebab yang mengakibatkan terjadi kesulitan dalam mengembangkan pemikiran positif menurut Sumadi Suryabarata (1990:249) terdapat 2 faktor, yaitu.
1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi :
· Intelegensi ialah tingkat kecerdasan yang mempengaruhi hasil belajar.
· Bakat ialah kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
· Minat ialah kesanggupan siswa untuk menerima atau menolak pelajaran maupun guru pemberi pelajaran.
· Motivasi ialah dorongan yang diperoleh seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang bersal dari luar diri siswa, meliputi :
· Keluarga
Keluarga di antaranya orang tua yaitu bagaimana hubungan orang tua dengan anak dan bagaimana orang tua mendidik anaknya. Suasana rumah yaitu jumlah anggota keluarga di dalam rumah, ramai atau sedikit, harrmonis atau tidak. Keadaan sosial ekonomi keluarga tinggi, sedang atau kurang.
· Sekolah
Sekolah di antaranya, interaksi guru dengan murid yaitu hubungan antara guru dan murid baik atau tidak. Cara guru menyajikan materi pelajaran yaitu menggunakan metode-metode apa saja. Hubungan antarsiswa, yaitu siswa berinteraksi dengan teman sekelasnya.
· Masyarakat
Masyarakat di antaranya teman bergaul yaitu teman-teman siswa di luar sekolah yang dapat mempengaruhinya. Lingkungan tetangganya yaitu lingkungan tempat tinggalnya. Aktivitas dalam masyarakat yaitu kegiatan apa saja yang diikuti oleh siswa di lingkungan tempat tinggalnya.

Solusi
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa yang sulit mengembangkan pemikiran positif adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Demokratis
Dalam proses pembelajaran harus bersifat demokratis. Pembelajaran demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau pendapat guru, jika memang dia mempunyai informasi atau pendapat yang berbeda. Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara guru dan pengalaman siswa.
2. Layanan Bimbingan dalam Belajar
Guru harus bisa memberi layanan bimbingan dalam belajar seperti yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (1983:79) sebagai berikut :
· Mencari cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau sekelompok anak.
· Menunjukkan cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran
· Memberi informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan.
. Menunjukkan cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
· Menentukan pembagian tambahan baik untuk pengembangan bakat dan karirnya di masa depan.
3. Motivasi Belajar
Untuk mengembangkan pemikiran positif timbulkan dulu motivasi belajar dengan cara memunculkan keinginan-keinginan seperti yang dikemukakan oleh Thursan Hakim (2001:30-31) sebagai berikut :
· Keinginan mendapat nilai ujian yang baik.
· Keinginan menjadi juata kelas atau juara umum.
· Keinginan naik kelas atau lulus ujian.
· Keinginan menjaga harga diri atau gengsi, misalnya ingin untuk dianggap pandai.
· Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain
· Keinginan menjadi siswa teladan.
· Keinginan untuk dikagumi sebagai orang yang berprestasi.
· Keinginan untuk melaksanakan anjuran/dorongan oranglain seperti orang tua, kakak, guru, dan teman akrab.
4. Berpikir Kreatif
Menurut Radno Harsanto (2005:64) bahwa untuk menjadi seorang pemikir kreatif harus mampu untuk :
· Berfantasi atau mengemukakan gagasan-gagasan yang tidak umum, tidak biasa.
· Berinkubasi atau berada pada satu gagasan untuk beberapa saat.
· Berani mengambil resiko berbeda denan apa yang biasa dipikirkan orang lain.
· Peka atas ciptaan alam dan manusia.Mudah tertarik untuk bermain-main dengan gagasan-gagasan yang aneh.